Senin, 14 Januari 2013

SEKILAS TENTANG PONDOK PESANTREN MTM KEMPEK

SEKILAS TENTANG PONDOK PESANTREN MTM KEMPEK



K
empek adalah nama sebuah desa yang berada di bagian barat kota Cirebon, tepatnya diantara Palimanan dan Ciwaringin. Pada tahun 1908 didirikan pesantren Kempek KH. Harun yang merupakan Salah seorang  putra KH. Abdul Jalil (Ki Marden) yang berasal dari Pekalongan dan menetap di Kedongdong.

MASA BELAJAR
Ketika ditinggal wafat ayahandanya, KH. Harun masih kecil dan hanya ditinggalkan sedikit harta benda. Kemudian beliau dirawat oleh ibundanya yang bernama Nyai Kamali seorang wanita sabar berdarah sunda. Keadaan susah tak membuat keinginannya untuk menimba ilmu. Dengan perbekalan yang sedikit beliau mengembara untuk menuntut ilmu, diantaranya:
* Indramayu
Disana beliau mengaji pada KH. Yusuf, seorang ulama yang berasal dari Demak yang dikenal waliyullah serta ahli ma'rifat yang meninggalkan sebuah karya monumental yaitu kitab shorof yang sampai kini menjadi acuan Tashrifan Kempek.
*Tegal, Giren
Di tegal beliau belajar pada seorang ulama theolog yang bernama KH. Ubaidah.
*Pekalongan
Di tempat kelahiran ayahnya ini, beliau belajar pada seorang ulama besar bernama KH. Murtadho.

HARUN DAN SHOLEH
KH. Harun memiliki dua nama yaitu Harun dan Sholeh. "Harun" adalah nama yang berasal dari orangtuanya, sedangkan "Sholeh" adalah nama setelah beliau menunaikan rukun islam yang kelima. Dan setelah Haji beliau selalu menuliskan nama "Sholeh" di setiap koleksi kitabnya.

PUTRA-PUTRI BELIAU
KH. Harun beristrikan dua orang, yaitu: Nyai Mutimmah dan Nyai Ummi Laila. Dari kedua istri beliau lahirlah pura-putri yang akan meneruskan jejak beliau untuk menyebarkan agama Allah melalui Pondok Pesantren Kempek.
Dari Nyai Mutimmah beliau dikaruniai 5 putra-putri yaitu:
1.      Nyai Hj. Umamah
2.      KH. Umar sholeh
3.      Abdul Haq
4.      Nyai Ruba'iah
5.      Nyai Sukinah

Sedangkan dari Nyai Ummi Laila dikarunia 11 putra-putri yaitu:
1.      Kyai Yusuf Harun
2.      Nyai Tsuwaibah
3.      Nyai Rohmah
4.      Nyai Zainah
5.      Nyai Mukminah
6.      Nyai Zubaidah
7.      Nyai Mu'minah
8.      Nyai Atikah
9.      Nyai Hj. Afifah
10.  Kyai Utsman
11.  Kyai Hasan Harun

WAFATNYA KH. HARUN
Setelah 33 tahun menghabiskan waktu membangun dan mengembangkan Pondok Pesantren Kempek, pada tanggal 23 Maret 1935 belau wafat disebabkan  sesak pernafasan. Dan karena kealimannya, tidak kurang dari dua ribu orang mengantarkan kepergian beliau ke tempet peristirahatannya yang terakhir sebagai wujud rasa kehilangan dan duka cita yang mendalam. Kepemimpinan Pondok kemudian diteruskan oleh Putra dan menantu beliau, yaitu:
1.      KH. Yusuf Harun (Putra)
2.      KH. Umar Sholeh (Putra)
3.      KH. Manshur Zubair (Menantu)
4.      KH. Zuhdi Ilyas, Surakarta Solo (Menantu)
5.      K. Muslim Mukhtar
6.      KH. Anwar Rofi'I, Plered (Menantua)
7.      KH. Nashir Abu Bakar, Tegal (Menantu)
8.      KH. Ma'shum Siroj, Gedongan (Menantu)
9.      KH. 'Aqiel Siroj, Gedongan (Menantu)
10.  KH. Abdulloh Muhsin, Plered (Menantu)
11.  K. Hasan Harun (Putra)

Diantara mereka yang paling akhir wafat adalah KH. Umar Sholeh yang lahir pada tanggal 12 Februari 1922 dan wafat tanggal 05 Oktober 1999 M / 14 Dzulhijjah 1415 H. Sebelumnya pada tanggal 10 Jumadil Ula 1414 H seluruh tugas pondok telah diserahkan kepada putra beliau yaitu KH. Muhammad Nawawi.

BERDIRINYA MTM
Untuk mengefektifkan penanganan pendidikan Pesantren yang telah dikembangkan secara berkesinambungan oleh KH. Harun (1908 – 1935), KH Yusuf Harun (1935 – 1949) dan KH. Umar Sholeh (1945 – 1999) maka didirikanlah Majlis Tarbiyatul Mubtadi-ien (MTM) yang masih satu kesatuan sistem Pesantren yang tak terpisahkan yang didirikan oleh KH. 'Aqiel Siroj pada tahun 1960.


TENTANG PENDIRI
K
H. 'Aqiel Siroj lahir pada tahun 1920 di Gedongan, sebuah desa kecil yang termasuk wilayah Kawedanan Sindang Laut, sekitar 12 KM dari Kota Cirebon. Beliau putra KH. Siroj yang masih keturunan Sunan Gunung Jati, yang juga mendirikan Pondok Pesantren di Gedongan.
KH. 'Aqiel kecil, berkembang dan dibesarkan dalam suasana keluarga pesantren nan sederhana, jauh dari kemewahan. Sebagaimana putra kyai lainnya, masa kecil beliau tidak lepas dari pengawasan sang ayah, Kyai Siradj. Hari-harinya dihabiskan untuk belajar di lingkungan pesantren.
Usia remaja beliau, juga dihabisakan untuk menggeluti samudera ilmu di pesantren-pesantren. Ketertarikannya pada ilmu yang berbasis Islam mengantarkannya pada pesantren Kempek yang kala itu masih dibawah asuhan KH. Harun Sholeh. Shorof, Nahwu dan Fiqh beliau matangkan dengan kesungguhan. Beliau

Belum sempat melihat perkembangan Pesantren yang lebih pesat, sang pendiri lebih dahulu menghadap Allah SWT pada tahun 1990 dikarenakan penyakit yang beliau idap. Selanjutnya kepemimpinan Pondok diteruskan oleh putra sulung beliau yaitu Buya H. Ja'far Shodiq Aqiel yang berhasil membangun MTM dengan sangat pesat seperti sekarang ini. Itu semua tak lepas dari dukungan moral dan material dari adik-adik beliau, yaitu: Prof. DR. KH. Sa'id 'Aqiel Siroj MA, KH. Musthofa 'Aqiel Siroj, KH. Ahsin Syifa 'Aqiel Siroj dan KH. Ni'amillah 'Aqiel Siroj.

PERKEMBANGAN MTM
P
ada awal berdirinya, MTM tidak didedikasikan sebagai sebuah Pondok Pesantren. Pendirinya, KH. 'Aqiel Siroj mencetuskannya sebagai Majlis (tempat mengaji) bagi santri-santri yang telah banyak menetap di Kempek, disamping Pondok Pesantren Kempek dalam asuhan KH. Umar Sholeh ketika itu. Pada awalnya majlis ini hanya terdiri dari tiga kamar, dan semakin lama seiring dengan pertambahan jumlah santri yang semakin banyak, maka beliau mengembangkan majlisnya sebagai sebuah nama pesantren yang masih merupakan satu kesatuan dengan Pondok Pesantren Kempek.
Semakin lama jumlah santri yang menetap di MTM semakin banyak, dan melihat dari tuntutan zaman serta permintaan dari wali santri agar anak-anaknya di pesantren juga dapat mengenyam pendidikan formal (sekolah), serta dengan adanya program pemerintah Wajib Belajar Sembilan Tahun (Wajar 9 Tahun), maka sejak tahun pelajaran 1995-1996 MTM menerima proyek Departemen Agama berupa Madrasah Tsanawiyah Terbuka (MTs T). Mulai saat itulah, para santri yang berminat mengikuti pendidikan formal bisa mengikuti pendidikan di MTs T di bawah bimbingan para guru dari MTs N (Guru Bina) dan beberapa santri senior (Guru Pamong) yang ditunjuk untuk membantu Guru Bina dalam mengemban tugasnya.
Pada tahun 2002, pemerintah menghentikan pendanaan proyek MTs T di seluruh Indonesia, maka MTs Terbuka Kempek pun berpindah status menjadi sekolah reguler dengan nama Madrasah Tsanawiyah Kyai Haji Aqiel Siroj Kempek atau disingkat menjadi MTs KHAS Kempek. Tidak berapa lama setelah itu, kemudian MTM pun mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan yang lain, yaitu dengan mendirikan Madrasah Aliyah yang diberi nama dengan Madrasah Aliyah Kyai Haji Aqiel Siroj Kempek atau MA KHAS Kempek, dibawah naungan Yayasan Kyai Haji 'Aqiel Siroj (Yayasan KHAS).
MA KHAS Kempek didirikan dengan tujuan antara lain agar antara program pendidikan Majlis dan Sekolah dapat berjalan selaras, seiring sejalan. Agar para santri yang telah menamatkan pendidikannya di MTs tidak segera meninggalkan pesantren dengan alasan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar pesantren, padahal di Majlisnya sendiri dia masih belum menamatkan apa-apa, baik pengajian Al Qur'an apalagi pengajian Alfiyah. Dengan didirikannya MA KHAS Kempek, diharapkan semua santri MTM dapat menamatkan pengajiannya bersamaan dengan kelulusannya di sekolah.dan pada tahun 2009 dibuka pula SMP KHAS sebagai wujud permintaan dari wali santri.
Demikianlah, sekilas tentang MTM. Semoga MTM ke depan dapat selalu mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik. Dapat mencetak santri-santri yang mumpuni dalam bidang Agama maupun umum, yang berwawasan luas dan berakhlakul karimah.

SANTRI INDIGO

SANTRI INDIGO

10 09 2008

Peserta Pelatihan Photo bareng dengan Pengasuh MTM, Buya H. Jafar Aqiel (duduk dua dari kanan), Hakim Mahkamah Konstitusi, Prof. Jimly Asshidiqi (duduk tengah)
CIREBON – Untuk kelima kalinya, Harian Umum Republika bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk kembali menggelar pelatihan internet bagi kalangan santri di pondok pesantren. Kali ini, kegiatan yang bertajuk ‘Santri Indigo’ (Indonesia Digital Community) itu digelar di Pondok Pesantren Kempek, Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jabar, 25-26 Agustus 2008.
Kegiatan yang bertemakan ‘Internet Pesantren Wahana Syiar Digital’ tersebut diikuti 75 peserta yang berasal dari 25 pondok pesantren dari berbagai daerah di wilayah III Cirebon. Dari 75 peserta tersebut, sebanyak 60 orang merupakan santri, dan 15 orang lainnya merupakan ustadz/pengasuh pondok pesantren.
Turut hadir dalam acara tersebut Hakim Konstitusi RI, Prof DR Jimly Asshiddiqie SH, Vice President Public Relation and Marketing Communication PT Telkom Indonesia Tbk, Eddy Kurnia, Ketua dan Pengasuh Majelis Tarbiyyatul Mubtadi-in Pondok Pesantren Kempek, KH Ja’far Agil Siraj, Direktur IT PT Telkom, Indra Utoyo, dan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Umum Republika, Nasihin Masha.
Selain diisi dengan pemberian materi dan pelatihan pembuatan blog di internet, para peserta juga diberikan pelatihan menulis berita. Tak hanya itu, para peserta juga dibekali materi tentang pembangunan motivasi diri yang disampaikan Jimly Asshidiqie.
Dalam paparannya, Jimly mengungkapkan bahwa para santri dari pondok pesantren memiliki peran yang sangat besar dalam perbaikan umat Islam dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Bahkan, sambung dia, tak sedikit tokoh negara yang berasal dari kalangan santri pondok pesantren.
‘’Namun untuk bisa menjadi seperti itu, para santri harus memiliki berbagai keunggulan,’’ tegas Jimly.
Menurut Jimly, selama ini para santri memiliki keunggulan berupa pemahaman yang lebih dalam mengenai akhlak dan ilmu agama. Namun, imbuh dia, hal tersebut harus pula ditunjang dengan kemampuan di bidang teknologi dan informasi.
Jimly mengatakan, dengan kemampuan di bidang teknologi dan informasi tersebut, para santri dapat meluaskan syiar dakwah melalui dunia maya. Hal itu, juga dapat sekaligus membendung berbagai pengaruh buruk dari penggunaan internet.
‘’Dengan internet, para santri pun dapat lebih mudah mengakses berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai belahan dunia dengan cepat, mudah, dan murah,’’ tutur Jimly.
Sementara itu, Vice President Public Relation and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia, dalam sambutannya, menjelaskan, kegiatan Santri Indigo tersebut merupakan salah satu bentuk CSR yang dilakukan PT Telkom. Pihaknya berharap, melalui kegiatan itu para santri dan kalangan pesantren lainnya dapat akrab dengan teknologi informasi.
‘’Kami berharap para santri nantinya dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh dalam Santri Indigo ini untuk kepentingan syiar dakwah,’’ tegas Eddy.
Lebih lanjut Eddy menjelaskan, selain kegiatan Santri Indigo, Telkom juga selama ini telah melakukan kegiatan CSR bagi para guru dengan nama ‘Bagimu Guru Kupersembahkan’. Hingga kini, terang dia, kegiatan itu telah meluluskan sekitar 1.000 orang guru dari berbagai daerah di Indonesia. [lis/fif
10 09 2008

Peserta Pelatihan Photo bareng dengan Pengasuh MTM, Buya H. Jafar Aqiel (duduk dua dari kanan), Hakim Mahkamah Konstitusi, Prof. Jimly Asshidiqi (duduk tengah)
CIREBON – Untuk kelima kalinya, Harian Umum Republika bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk kembali menggelar pelatihan internet bagi kalangan santri di pondok pesantren. Kali ini, kegiatan yang bertajuk ‘Santri Indigo’ (Indonesia Digital Community) itu digelar di Pondok Pesantren Kempek, Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jabar, 25-26 Agustus 2008.
Kegiatan yang bertemakan ‘Internet Pesantren Wahana Syiar Digital’ tersebut diikuti 75 peserta yang berasal dari 25 pondok pesantren dari berbagai daerah di wilayah III Cirebon. Dari 75 peserta tersebut, sebanyak 60 orang merupakan santri, dan 15 orang lainnya merupakan ustadz/pengasuh pondok pesantren.
Turut hadir dalam acara tersebut Hakim Konstitusi RI, Prof DR Jimly Asshiddiqie SH, Vice President Public Relation and Marketing Communication PT Telkom Indonesia Tbk, Eddy Kurnia, Ketua dan Pengasuh Majelis Tarbiyyatul Mubtadi-in Pondok Pesantren Kempek, KH Ja’far Agil Siraj, Direktur IT PT Telkom, Indra Utoyo, dan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Umum Republika, Nasihin Masha.
Selain diisi dengan pemberian materi dan pelatihan pembuatan blog di internet, para peserta juga diberikan pelatihan menulis berita. Tak hanya itu, para peserta juga dibekali materi tentang pembangunan motivasi diri yang disampaikan Jimly Asshidiqie.
Dalam paparannya, Jimly mengungkapkan bahwa para santri dari pondok pesantren memiliki peran yang sangat besar dalam perbaikan umat Islam dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Bahkan, sambung dia, tak sedikit tokoh negara yang berasal dari kalangan santri pondok pesantren.
‘’Namun untuk bisa menjadi seperti itu, para santri harus memiliki berbagai keunggulan,’’ tegas Jimly.
Menurut Jimly, selama ini para santri memiliki keunggulan berupa pemahaman yang lebih dalam mengenai akhlak dan ilmu agama. Namun, imbuh dia, hal tersebut harus pula ditunjang dengan kemampuan di bidang teknologi dan informasi.
Jimly mengatakan, dengan kemampuan di bidang teknologi dan informasi tersebut, para santri dapat meluaskan syiar dakwah melalui dunia maya. Hal itu, juga dapat sekaligus membendung berbagai pengaruh buruk dari penggunaan internet.
‘’Dengan internet, para santri pun dapat lebih mudah mengakses berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai belahan dunia dengan cepat, mudah, dan murah,’’ tutur Jimly.
Sementara itu, Vice President Public Relation and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia, dalam sambutannya, menjelaskan, kegiatan Santri Indigo tersebut merupakan salah satu bentuk CSR yang dilakukan PT Telkom. Pihaknya berharap, melalui kegiatan itu para santri dan kalangan pesantren lainnya dapat akrab dengan teknologi informasi.
‘’Kami berharap para santri nantinya dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh dalam Santri Indigo ini untuk kepentingan syiar dakwah,’’ tegas Eddy.
Lebih lanjut Eddy menjelaskan, selain kegiatan Santri Indigo, Telkom juga selama ini telah melakukan kegiatan CSR bagi para guru dengan nama ‘Bagimu Guru Kupersembahkan’. Hingga kini, terang dia, kegiatan itu telah meluluskan sekitar 1.000 orang guru dari berbagai daerah di Indonesia. [lis/fif

SQUAD CLASS AL-IMRITHI FOR ALL

















Majelis "AL-GHADIER"


Pandawa Lima” Pesantren Kempek

Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata. Pandawa Lima adalah sebutan untuk lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Namun kisah Pandawa Lima kali ini ada di salah satu pesantren tradisional yang dibangun lebih dari satu abad lampau, tepatnya pada tahun 1908 oleh Al Mukarrom Mbah Yai Harun Al-Kempeke.

Lahirlah keluarga kecil dengan jasa yang sangat besar dan dikagumi oleh seluruh santri dan kiai. Yaitu keluarga Mbah Kiai Haji ‘Aqiel Siroj. Awalnya Kiai Aqil adalah salah satu santri di Pondok Pesantren Kempek yang di asuh oleh Mbah Yai Harun. Karena beliau terkenal cerdasnya, lalu beliau dinikahkan oleh anak Mbah Yai Harun dari istri kedua yaitu Nyai, Hj. Afifah.

Dibinalah kelurga kecil di ruang lingkup pesantren. Kiai Aqiel pada tahun 1960-an merintis Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien guna mengektifkan pendidikan di Pesantren Kempek Cirebon. Dan dari pernikahanya lahirlah 5 putra:

Abuya KH Ja’far Shodiq Aqiel Siroj. Di antara putra-putra kiai Aqiel beliau adalah salah satu putra yang paling tegas, cerdas dan teguh dalam pendidrinya. Kiai alumni Pondok Pesantren Lirboyo juga ini  menjadi Pengasuh Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien Pondok Pesantren Kempek yang di rintis oleh ayahnya setelah ayahnya tiada. Beliau juga ia mendirikan Yayasan Kyai Aqiel Siroj (KHAS ) Kempek guna memberikan pendidikan yang luas untuk pesantren kempek dan menjadi ketuanya.

Bukan hanya itu resolusi beliau. Beliau juga menjadi Ketua MUI Cirebon dan juga menjadi Mustasyar PCNU Cirebon. Kesibukannya bukan hanya dalam organisasi Islam tapi beliau juga kembangkan ilmunya dengan mengajar Kitab AlFiyah dengan santri-sanri pesantren Kempak. Beliau di karuni 6 Putra – putri dengan Ny. Hj. Daimah yaitu putri dari uwanya yaitu KH. Nashir Abu Bakar ( Kiai Kempek ). putra-putrinya pun ikut membantu pengembangan MTM Pesantren Kempek Putra dan Putri juga Pendidikan Yayasan KHAS Kempek.

DR KH Said Aqiel Siroj. Beliau lahir di rublic pesantren kempek tepatnya pada 3 juli 1953. Putra kyai aqiel ini adalah salah satu putra yang terjun langsung dalam orang yang berpengaruh di dunia. Beliau aktifkan pemikiran, kecerdasan dan ke’arifannya di Nahdlatul Ulama (NU) dengan membawa visi misi pesantren. Ia pun Menjadi Ketua Umum PBNU (2010-sekarang), penasehat MTM Pontren Kempek, dan juga menjadi wakil kakatnya di Yayasan KHAS Kempek Cirebon.

Di antara putra kyai aqiel, hanya Kang Saidlah yang berlama-lama di Makkah sampai berkeluarga di kota kelahiran Nabi ini. Dan mempunyai title yang sangat luar biasa. Beliau di karuni 4 putra dan putri. Semua puta-putrinya di lahirkan di Arab dengan Ibu Ny. Hj. Nurhayati Abdul Qadir.
KH Muh. Musthofa Aqiel Siroj. Tutur katanya selalu membuat orang yang mendengarkan menjadi luluh hati, beliau adalah Mubaligh Kondang. Semua bahasa lokal hampir beliau kuasai. Anak ke tiga kyai aqil ini adalah kiai mubaligh yang handal dalam pembicaraan da’wahnya sampai-sampai beliaupun di jadikan Mustasyar Ikhwanul Muballighin. Iapun menjadi Penasihat MTM Pontren Kempek, dan juga menjadi mudhir pengajiannya para kyai wilayah 3 cirebon yaitu Majlis Dirosah Ilmiah Al-Ghadier di bawah naungan Yayasan KHAS Kempek dan MTM.

Bukan hanya kakaknya (Kang Said) yang aktif dalam Nahdlatul Ulama tapi Kang Muh (nama akrab beliua) juga ikut berperan dalam kemaslahatan NU. Tepatnya menjadi Katib Syuriah PBNU. Dan menjadi bendahara dalam kependidikan Yayasan KHAS Kempek.

Kesibukannya bukan hanya di geluti dengan berdakwah dan berorganisasi saja tapi ia pun kembangkan ilmunya dengan mengajar para kyai-kyai sewilah tiga Cirebon setia jum’at siang (ba’da jum’atan) dengan kitab Tafsir Jalallain dan mengajar santri-santrinya dengan Kitab pasaran setiap pagi dengan Kitab Ihya Ulummuddien karangan Imam Ghazali. Beliau di karuniai 4 putra dengan putri Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Mbah Yai Maemun Zubair yaitu Nyai. Hj. Shobihah.
KH Ahsin Syifa Aqiel Siroj. Alim dan Cerdas juga istiqamah. Ketiga kakak-kakatnya yang menuruni ayahandanya adalah kang Ahsin bahkan Abuya Ja’far sangat kagum dengan semua yang di miliki oleh adiknya ini. Kecil hingga dewasa sampai ayanhnya wafat beliau hanya di didik oleh ayahnya, tidak seperti kakak-kakaknya atau adiknya.

Beliau tidak pernah menginjakan kakakinya ke pesantren lain kecuali di ruang lingkup Pesantren Kempek. Kini beliau menjadi Pimpinan Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien Pesantren Kempek. Dan beliaupun selalu istiqamah dalam pembelajaran santri-santri Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien dengan berbagai kitab. Beliau di karuniai 2 putri dengan putrid kiai kempek yaitu Nyai. Hj. Iin Muhsinah.
KH Ni’amillah Aqiel Siroj. Cerdas dan gaul. Kang Ni’am adalah kyai yang mudah bergaul dengan siapa saja. Sopan dan santun, tegas dan bijaksana. Beliau di percaya menjadi Kepala Madrasah KHAS Kempek dan Menjadi Ketua Umum Muhadhoroh MTM Pesantren Kempek. Beliau di karuniai 3 Putra-Putri dengan putri Kiai Buntet Yaitu Nyai. Hj. Titim Fatimah.
Kelima Putra Mbah Yai Aqiel Siroj banyak dijuluki oleh sebagian golongan dengan sebutan Pandawa Lima. Beliau-beliau inilah sang pendekar dari Pesantren Kempek, ulama–ulama yang dibutuhkan oleh umat, bangsa dan negara.